Politik dan Pemilu 2019 #3: Arah Harapan Ustadz Abdul Somad


Baru-baru ini lagi viral video ekslusif Ustadz Abdul Somad yang ngobrol bersama salah satu capres, Prabowo Subianto. Apa isi percakapannya? Kalau dilihat dari inti percakapannya, mungkin bisa dibilang bahwa itu adalah sebuah 'deklarasi' dukungan terhadap paslon nomor 2.


UAS menceritakan kisah pribadinya yang selama berdakwah di berbagai tempat, jama'ahnya selalu mengumandangkan hal-hal yang mengarah kepada Prabowo-Sandi. Ditambah lagi, UAS mendapat cerita dari beberapa ustadz lokal (gak masyhur/terkenal) bahwa Prabowo ada di dalam mimpinya. Bukan sekali-dua kali, namun lima kali. Selengkapnya bisa di cek videonya yaa..



Setelah video itu tersebar luas, bagaimana dampaknya? Kita semua tau bahwa UAS adalah salah satu tokoh ustadz yang sangat terkenal di Indonesia, dan memiliki pengaruh yang besar. Dengan adanya ungkapan dari UAS mengenai politik ini, bukan hal yang tidak mungkin jama'ahnya akan mengikuti jejak UAS untuk memilih Prabowo, juga bukan hal yang tidak mungkin untuk meninggalkan UAS karena berbeda pilihan. Mungkin kalau di klasifikasikan akan terbagi menjadi 3 jenis, yaitu:

1. Mengikuti jejak UAS dalam memilih
Sudah sewajarnya jika jama'ah mentaati dan mengikuti arahan dari sang guru/ustadz, karena seorang guru pasti selalu berusaha menyampaikan segala hal yang baik. Selain itu, para jama'ah yakin bahwa menuruti apa yang diyakini oleh gurunya akan memberikan berkah dan manfaat terhadap dirinya. Hal ini bisa berdampak besar kepada masyarakat yang masih belum menentukan pilihannya (swing voter), juga mempengaruhi seseorang yang sebelumnya mendukung lawan.

2. Meninggalkan UAS karena dianggap tidak netral lagi
Dengan masuknya UAS ke dalam ranah politik (walau hanya sekedar berbicara dengan Prabowo ini), sebagian jama'ah juga pasti ada yang merasa kecewa karena kapasitas UAS sebagai da'i (pendakwah) sudah tidak netral lagi. Mereka yang kecewa tersebut berpikirnya bahwa cukuplah UAS fokus untuk berdakwah ke semua umat di Indonesia, jangan dicampur adukkan dengan politik. Karena sejauh ini, isi dakwah beliau hampir tidak pernah menyentuh isu politik (khususnya pemilu di Indonesia) dan hanya membahas perkara-perkara Islam saja. Maka, ada juga yang akhirnya meninggalkan UAS dan (mungkin) mencari ustadz lain yang lebih cocok untuknya.

3. Tetap bersama UAS apapun pilihannya
Ada juga jama'ah yang tetap bersama UAS walaupun ia dan gurunya berbeda pilihan. Karena mereka merasa bahwa dalam memilih itu adalah hak setiap orang dan bukan menjadi alasan untuk meninggalkan UAS. Jama'ah yang seperti ini mungkin lebih mengharapkan ilmu yang diberikan oleh UAS.

Dokumentasi ketika saya hadir bertemu dengan Ustadz Abdul Somad

Mungkin ada keempat, kelima, dan seterusnya. Itu silahkan kalian beropini, sekiranya ada jenis yang lainnya, itu memberi cara pandang yang berbeda dan saling melengkapi. Karena tiga jenis yang saya tulis ini hanya berdasarkan pengamatan saya yang saya temukan dari berbagai platform media sosial, entah itu komentar di youtube, facebook, maupun instagram.

Apa alasan UAS mengungkapkan dukungannya tersebut? Berdasarkan video ekslusif tersebut, sudah menjelaskan bahwa ia yang awalnya merasa ragu, setelah melihat keadaan umat dan mendengar cerita ustadz lainnya, akhirnya UAS merasa yakin seperti yang saya tulis diatas. Setelah itu, UAS juga berpesan kepada presiden terpilih nanti (melalui Prabowo) supaya tidak mengundang beliau ke istana, dan beliau tidak mau diberi jabatan. Ini hal yang cukup menarik, karena beliau gak mau apa yang selama ini orang-orang mau. Ada yang menjelaskan seperti ini:

Sumber: Internet (dimana-mana ada, tak ada sumber yang spesifik)

Saya kurang memahami tafsir tersebut, tapi setelah mendapat penjelasan ini, saya merasa bahwa pesan yang disampaikan oleh UAS ini sangat bermakna. Karena memang sudah sewajarnya Ulama itu didatangi, bukan mendatangi. Ulama bukan ditempatkan sebagai bawahan (yang disimbolkan dengan jabatan), karena Ulama-lah yang akan menjadi salah satu penasihat untuk kebaikan negeri.

Selain itu semua, kalau kita lihat dari sisi psikologisnya, menurut saya (dan mungkin sebagian orang) UAS merasa harus memberikan harapannya kepada Prabowo atas apa yang ia rasakan selama berdakwah. Karena yang kita tau, gak semua aktivitas safari dakwah yang dilakukan oleh UAS itu berjalan mulus, terkadang beliau juga sering mendapat rintangan dan penolakan. Contohnya ketika ingin berdakwah di Bali, beliau ditolak oleh oknum warga setempat karena dianggap anti Pancasila, setiap ingin berdakwah diminta untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya untuk bisa menjamin bahwa UAS ini memang nasionalis. Padahal nyatanya sosok UAS ini memang taat kepada ideologi Pancasila bahkan tanpa harus diminta ini itu yang meribetkan. Tidak hanya di Bali saja, beliau juga terkadang mendapat penolakan di berbagai tempat.

Dari kejadian-kejadian tersebut, UAS merasa heran terhadap pemerintah karena tidak melakukan apa-apa dan terkesan membiarkan begitu saja, padahal dengan kejadian tersebut sebenarnya membuat perpecahan antar bangsa. Bahkan di keadaan tersebut, malah jadi terpecah, "Kami Indonesia, Kami Pancasila. Umat Islam anti Pancasila!". Padahal seharusnya pemerintah bisa meredamkan keadaan seperti ini untuk menyatukan bangsa yang bersaudara setanah air.

UAS akhirnya menaruh harapan kepada Prabowo supaya beliau dan aktivis dakwah lainnya bisa menjalankan tugasnya untuk berdakwah dengan aman, tenang, dan tentram, membuat Indonesia bersatu kembali. Tapi, siapapun nanti yang akan terpilih, saya berharap supaya bisa menjalankan amanah UAS ini dengan baik, juga amanah terhadap rakyat Indonesia tentunya. Terimakasih 🙏



Mari telusuri konten Pemilu 2019 lainnya disini:

  1. Politik dan Pemilu 2019 #1: Berada Di Tengah
  2. Politik dan Pemilu 2019 #2: Review Debat Capres-Cawapres
  3. Politik dan Pemilu 2019 #3: Arah Harapan Ustadz Abdul Somad
  4. Politik dan Pemilu 2019 #4: Alasan Kurangnya Partisipasi Masyarakat Terhadap Pemilihan Calon Legislatif

Share:

0 komentar