KKN di Desa Pabangbon - a story of KKN ICONIC 60

KKN ICONIC 60 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berbeda dengan cerita KKN di Desa Penari yang menceritakan kisah KKN yang horror, kali ini saya akan menceritakan KKN di Desa Pabangbon, desa dimana saya melakukan pengabdian selama satu bulan dengan kisah yang unik dan menyenangkan. Selamat membaca!

KKN "Ceunah"
(oleh M. Nurfadhlillah Hidayat)

Prolog: Katanya KKN itu…

“katanya KKN itu ribet”
“katanya KKN itu membosankan”
“katanya KKN itu kerja mulu kayak kuli”
“katanya, katanya, dan katanya..”

Itulah ungkapan-ungkapan yang sering terdengar dan selalu terngiang-ngiang di pikiran saya ketika kegiatan KKN baru di informasikan oleh pihak kampus. Wajar saja jika saat itu saya kurang antusias untuk mempersiapkan KKN ini, padahal sumber-sumber yang saya dengar itu cuma berdasarkan kata-kata orang yang ‘mungkin’ merasa kegiatan ini luar harapan mereka, atau.. ini hanya imajinasiku saja karena terlalu su’udzan sama KKN?

Jadi, apakah benar KKN seperti itu?

Hmm.. sepertinya akan cukup panjang untuk diceritakan, tapi bukan berarti saya membenarkan stereotip itu. Setidaknya, itulah yang ada di pikiran saya ketika awal-awal mendengar kata "KKN". Namun, seharusnya tidaklah seperti itu, karena kita harus tahu dengan jelas segala hal tentang KKN. Alhasil, saya berusaha mengulik data tentang KKN ini dari berbagai sumber dan melihat berbagai pandangan yang berbeda, tergantung diri kita sendiri bagaimana untuk menikmatinya.

Kalau dipikir-pikir lagi, KKN itu cukup memakan waktu karena kita harus menjalaninya selama sebulan di tempat yang belum pernah dikunjungi dan jauh dari jangkauan orang tua. Mungkin bagi mahasiswa lain yang perantau hal seperti ini sudah terbiasa, namun untuk saya yang masih tinggal serumah dengan orang tua hal ini adalah hal yang baru. Tetapi memang seharusnya kita bisa beradaptasi dengan berbagi lingkungan yang baru, karena itu membuat kita bisa menjadi lebih mandiri, apalagi setelah selesai kuliah ini kita harus berhadapan dengan masyarakat yang lebih luas lagi.

Dengan mencoba berfikir yang lebih positif lagi, hal itu membangun rasa antusias saya untuk melaksanakan KKN karena saya merasa menjadi tertarik untuk menjalaninya. Alhamdulillah secara tidak langsung fikiran positif itu menjadi sugesti yang selalu membawa ke aura-aura yang positif. 

Kita perlu tahu bahwa pelaksanaan KKN ini merupakan salah satu penerapan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu Pengabdian kepada Masyarakat. Kita harus mampu beradaptasi, bersosialisasi, dan berkontribusi di masyarakat karena pada dasarnya mahasiswa juga salah satu dari bagian masyarakat yang masih dalam proses pendidikan, dan setelah selesai masa pendidikan akan terjun langsung ke masyarakat. Dari KKN ini, saya menyadari bahwa saya masih belum terlalu terjun ke masyarakat karena saya masih belum beradaptasi dengan berbagai hal, misalnya saya yang masih merasa tinggal di tempat lain bagi saya adalah hal baru, dan segala hal-hal baru lainnya yang baru saya rasakan ketika KKN ini. Untunglah dengan adanya KKN ini menjadi pemanasan untuk saya berbaur dengan masyarakat.

Dihadapkan dengan KKN ini melatih kita dalam meningkatkan pemikiran kritis, kepekaan terhadap perubahan yang terjadi di masyarakat, mengetahui cara menjalin komunikasi yang baik dengan masyarakat, mendewasakan diri dengan penanganan/solusi dari masalah yang ada di masyarakat, juga membentuk sikap kita, baik itu kepedulian sosial, bertanggungjawab, kedisiplinan, kemandirian, kesabaran, belajar menghargai dan memahami karakter orang lain atau masyarakat, dan masih banyak pelajaran yang bisa dipetik dari kegiatan KKN ini.

KKN with ICONIC

Bertemu dengan rekan baru adalah hal yang cukup canggung, dikumpulkan dalam satu kelompok dalam keadaan belum saling kenal satu sama lain. Tapi dari hal kecil seperti mengenal orang baru di kelompok ini kita bisa belajar bahwa kita juga harus mempersiapkan diri mengenal orang baru yang cakupannya lebih luas. Walaupun awalnya merasa canggung, ternyata setelah itu sangat mudah untuk beradaptasi dengan mereka karena mereka orangnya asik-asik dan seru-seru, hehe… Mungkin ini efek positif dari adanya media sosial, dimana kami berinteraksi lebih awal di grup WhatsApp KKN sebelum rapat perdana, membahas berbagai hal untuk mengurangi rasa canggung dan mengakrabkan diri antar satu sama lain. 

Kelompok KKN kami bernama ICONIC, yang merupakan akronim dari Improving Creativity of Oneself and Inspiring the Community. Kami memiliki nama tersebut dengan harapan bisa meningkatkan kreatifitas dan kemampuan kami selama berada di tempat KKN dan bisa menginspirasi masyarakat disana dengan bekal pengetahuan yang kami bawa dari perkuliahan. Kami juga berharap bahwa kelompok kami bisa menjadi sosok yang ICONIC/berpengaruh untuk mereka, baik dari segi program yang kami tinggalkan, kesan yang baik dari mereka, ataupun dari segi lain-lainnya. 

Kelompok 60 ini awalnya terbentuk dengan formasi 19 anggota yang akan bermasyarakat di Desa Pabangbon, Bogor selama satu bulan, namun dalam pelaksanaannya kami menjalani satu bulan ini bersama 17 orang (termasuk saya). Dua orang yang tidak melanjutkan perjalanannya bersama kami yaitu Maya dan Ibil. Diawali oleh Maya yang menggugurkan diri dari KKN 60 karena dia telah meraih tingkat KKN yang lebih tinggi dengan lolosnya seleksi KKN-Kebangsaan dan akhirnya dia menjalani KKN di Medan. Satu lagi yaitu Ibil yang tergugurkan dari KKN 60 karena suatu konflik internal yang mungkin akan diceritakan oleh teman-teman saya yang lain, karena konflik ini melibatkan semua anggota ICONIC jadi pasti ada yang akan menceritakan hal ini. Dan luar biasanya, konflik ini cukup viral karena informasinya tersebar ke kelompok KKN lain dari mulut ke mulut, membuat kesan buruk untuk kelompok kami tanpa mengetahui permasalahan yang sebenarnya. Namun kami juga memberi solusi untuknya yaitu dengan mengikuti KKN Sela yang akan dilaksanakan sekitar awal tahun 2020.

Seiring berjalannya waktu, kami saling bertukar pikiran untuk mempersiapkan program-program yang nantinya akan dijalankan selama sebulan kedepan, semua perencanaan akan dimatangkan dengan sebaik mungkin. Semakin banyak informasi yang masuk, semakin banyak pula saya menggambarkan akan seperti apa yang nanti akan dijalani.  Dan dari pembahasan-pembahasan yang selalu di diskusikan dalam rapat, tentunya ada tugas tersendiri untuk masing-masing divisi, dan saya menjadi koordinator di Divisi Pubdekdok yang pada saat itu tugas utamanya mempersiapkan alat-alat dokumentasi, mendokumentasian kegiatan, mendesain segala hal yang berkaitan dengan kebutuhan KKN, juga mengelola akun Instagram KKN (@kkn_iconic60).

Ternyata dari hasil keterampilan saya dalam mengedit yang berkolaborasi dengan kegabutan saya, lahirlah konten yang bersifat iseng-iseng yaitu dengan membuat Sticker khas anggota KKN, dimana saya menggunakan foto mereka untuk dijadikan Sticker dengan penambahan teks yang interaktif dan lucu. Misalnya foto Fajar yang diberi kalimat "Assalamu'alaikum gais" sebagai pembuka dalam berinteraksi, juga foto Sulis yang diberi kalimat "Wa'alaikum salam kaka" sebagai respon dari stiker salam.  Tidak hanya yang bersifat formal saja, saya juga membuat yang cukup gaul seperti Sticker Husni yang mengucapkan "Kumpul Kuy" dan informatif seperti Sticker Puja dan Farha yang mengcapkan "Jangan lupa bayar kas yaa". Banyak berbagai Sticker yang saya ciptakan untuk meningkatkan keakraban kelompok kami, dan memang mereka senang, menikmati segala pembicaraan yang sesekali ditambahkan Sticker, bahkan sampai kita semua lupa waktu karena terlalu terlena oleh percakapan di grup tersebut.

Contoh Sticker untuk WhatsApp

KKN dimulai, berangkat dengan perbedaan latar belakang dan karakter membuat kita harus mengenali satu sama lain terlebih dahulu, secara langsung. Mereka semua memiliki kompeten di bidangnya masing-masing, baik dari akademik (jurusan kuliah) nya maupun non-akademiknya. Husni misalnya, orang yang akrab dengan sebutan ‘mamih’ ini berasal dari Jurusan Pendidikan Agama Islam yang tentunya bisa mengajar ilmu agama. Tetapi bukan hanya itu saja, mamih juga bisa mengurus anak-anak PAUD dan dianggap sebagai Ketua HIMPAUDI Pabangbon oleh teman-teman KKN 60. Tidak berhenti disitu saja, Husni juga memiliki kompetensi dalam memasak, di setiap harinya ia hampir selalu membantu memasak di dapur walaupun bukan jadwal piketnya. Seperti panggilan akrabnya, dia memang memiliki perawakan yang lebih keibuan dan selalu peduli kepada semua anggota KKN 60 layaknya seperti anak.

Setelah itu, ada Fajar selaku humas di kelompok kami yang sangat kompeten di bidang Agama karena berasal dari Jurusan Ilmu Qur’an dan Tafsir dan itu adalah hal yang wajar. Berbicara bidang keagamaan, ada banyak teman-teman kelompok yang berkompeten seperti Shodiq, Sulis, Aisyah, Jule, Imeh, Nisa, Mbem, dan lain-lain, bahkan hampir semua anggota juga berkompeten di bidang Agama ini karena mereka memiliki basic ilmu agama yang dipelajari, khususnya di UIN. Tetapi ada hal lain yang sangat menonjol dari Fajar selama KKN ini, yaitu kemampuan dia dalam mengorganisir seluruh kegiatan KKN, dia bisa mengontrol dengan baik teman-teman disini dan sangat membantu ketua dalam menyukseskan KKN ICONIC ini.

Dalam pendidikannya, terbentuk HIMPAUDI Pabangbon versi KKN ICONIC yang diprakarsai oleh Husni untuk mengatur sistem pendidikan di Desa Pabangbon yang tingkat pendidikannya lebih dominan PAUD, TK, SD, dan Pengajian anak. Dari sini terbagilah beberapa tim untuk terjun langsung ke setiap sekolah dan pengajian guna membantu pendidikan yang ada, seperti Ceu Kokoy Squad atau yang sering disebut ‘CKS’ terdiri dari Sulis, Jule, dan Imeh yang membantu pengajaran di pengajian Ibu Kokoy. Ada juga BNS atau Bi Nining Squad yang terdiri dari Nisa dan Mbem membantu pengajaran di pengajian Ibu Nining. Kedua tim itu paling gencar berlomba-lomba dalam hal kebaikan, hehehe.. Ada lagi Nisa-Husni di PAUD Raksa Putra 4, Shinta-Wulan-Farha di TK Sakura, dan Mbem-Fajar di Madrasah Diniyah. Mengapa mereka harus terjun langsung? Singkat cerita, ketika acara Pembukaan KKN dan mengundang masyarakat, kami membuka sesi pengaduan masyarakat yang bertujuan untuk menampung aspirasi masyarakat supaya kami bisa membantu hal yang dibutuhkan oleh masyarakat Desa Pabangbon. Dan salah satu aspirasi dari mereka yaitu meminta kami untuk mengajar disana, saat itu pak Nurhadi selaku ketua RW 07 mengatakan bahwa Madrasah di wilayahnya mengalami kekurangan tenaga pendidik, hanya ada satu guru saja dan menaungi semua siswanya, maka dari itu kami menerima aspirasi tersebut. Namun membantu disini tidak serta-merta datang menjadi pengajar disana, tetapi sebagai pembimbing yang memberi arahan dan inovasi kepada pengajar, baik dari cara mengajar maupun media belajar, walaupun sesekali juga ikut membantu mengajar. Selain itu juga ada beberapa teman kelompok (termasuk saya) yang siap siaga di Posko KKN 60 untuk melayani siswa dan siswi yang ingin bimbingan belajar di tempat kami.

Untuk kehidupan sehari-hari bersama anggota KKN ICONIC, saya menikmati semua waktu yang dilalui dengan amat sangat baik. Kebersamaan yang terus saling meningkat, solidaritas yang semakin kuat, kepedulian antar sesama tidak pernah berhenti, keberagaman karakter yang saling melengkapi, itu semua membuat KKN ini semakin menyenangkan. Apalagi saya lebih sering melakukan hal yang unik dengan berbagai tingkah saya yang petakilan untuk mengakrabkan diri dengan yang lain, itulah yang membuat saya unik karena hanya saya yang seperti ini diantara 16 teman lainnya. Dengan keunikan saya ini memberikan kenangan yang memorable, yaitu ketika hari pertama KKN, saya menjadi lebih mudah beradaptasi dengan teman-teman lainnya karena merasa terhibur dengan tindakan saya yang unik, dan di hari itu pula petakilan saya itu terlihat oleh Umi dan Imot selaku istri dan anak bungsu dari Pak Kades. Saat itu kami sedang berbicara hal-hal ringan, sampai akhirnya membahas tentang tarian, lalu Mbem, Farha, dan Imeh tiba-tiba memberitahu bahwa saya jago ngedance. Saya kaget dan berusaha mengelak tetapi akhirnya terbongkar karena mereka melihat bukti video dance saya yang saya upload di status WhatsApp. Setelah Imot tahu hal itu, dia meminta saya untuk mengajari dance modern untuk penampilan Pensi (Pentas Seni) di sekolahnya karena dia bosan menampilkan tari tradisional yang memang basicnya di tarian tersebut. Akhirnya saya bersedia melatihnya dan mulai menghafal koreografi lagu Maroon 5 – Girls Like You hingga melupakan jam makan malam saya. Awalnya saya merasa malu karena saya yang laki-laki ini malah menyukai joget-joget, tetapi hal itu harus saya hadapi dan tetap menampilkannya meskipun tidak pede sepenuhnya. Akhirnya saya menampilkan tarian tersebut dengan disaksikan oleh banyak orang. Setelah menunjukkan tariannya, saya mengajarkan Imot secara step by step dengan cukup detail. Dengan hal sekecil ini bisa memberikan kenangan yang baik dan tak terlupakan untuk saya.

Namun, dengan sikap petakilan saya ini ternyata tidak hanya membawa kenangan yang baik saja, saya juga mendapat kenangan yang buruk. Saya telah melakukan tindakan yang tingkat bercandanya diluar batas dan samasekali tidak membuat orang senang, bahkan sebaliknya, saya membuat orang lain risih dan tidak nyaman. Saat itu hal yang cukup berat bagi saya karena dampaknya serius, mereka sementara waktu itu menjaga jarak dengan saya walaupun tetap berinteraksi. Akhirnya saya mulai mengintropeksi diri untuk lebih mengontrol bercandaan dan tindakan saya supaya tidak merugikan orang lagi. Dan alhamdulillah setelah itu mereka juga kembali nyaman dengan saya seperti biasanya.

Masih banyak momen lain yang tak terlupakan, karena satu bulan ini berisikan kenangan-kenangan yang luar biasa, misalnya disaat saya menjalankan program-program KKN bersama anggota ICONIC, tidur menggunakan helm karena kalah bermain UNO, berkolaborasi dengan KKN Universitas Ibnu Khaldun Bogor dan STKIP Muhammadiyah Bogor untuk persiapan HUT RI, bersilaturrahmi dan main bareng dengan mereka pasca HUT RI, membeli baslok di tempat langganan kami sekaligus membawa mie instan supaya porsi lebih banyak dan lebih kenyang, dan bahkan Posko didatangi oleh anak-anak SDN Pabangbon 01 pada jam istirahat sambil melihat kakak-kakaknya dan berinteraksi dengan mereka seperti mereka sedang datang ke kebun binatang dan mereka mempertontonkan kami seperti kami berada di kandang binatang. Mungkin terlihat aneh, tetapi bagi kami hal ini menyenangkan. Diakhiri dengan menikmati wisata Camping Ground Pabangbon selama satu malam untuk semakin mengakrabkan diri sebelum berpisah dengan teman-teman KKN ICONIC.

Foto bersama Kepala Desa, BPD, dan Mahasiswa KKN UIKA & STKIP Muhammadiyah setelah Upacara Peringatan Kemerdekaan Indonesia ke 74

Pabangbon: Menginspirasi dan Terinspirasi

Pabangbon ini merupakan desa yang sangat menarik perhatian saya sejak diumumkannya tempat ini sebagai lokasi KKN saya. Jujur saya merasa senang sekali karena desa ini merupakan desa yang dikenal sebagai Desa Wisata, dan saya pernah mengunjungi Panorama Pabangbon (PAPA) sebelum KKN, lebih tepatnya ketika wisata tersebut baru dibuka dan viral pada tahun 2017 lalu. Saya sudah menikmati wisata dan pemandangan alamnya lebih awal dibandingkan teman-teman KKN ICONIC, namun saat itu saya hanya sekedar menikmati wisatanya. Dan di KKN ini adalah waktunya saya akan menemukan berbagai sisi mengenai Desa Pabangbon seperti kondisi lingkungan, sosial, agama, maupun masyarakatnya.

Berdasarkan letak administratif, desa ini terletak di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Dan secara geografis berada pada dataran tinggi/perbukitan dengan seluas 1.197 hektar. Jarak dari Jakarta ke Desa Pabangbon ini sekitar 88 kilometer, cukup jauh untuk ditempuh namun memiliki keindahan alam yang memikat mata membuat kita terbutakan oleh jarak. Keadaan sosial keagamaan di Desa Pabangbon masih terbilang sebagai daerah yang religius karena cukup banyak pengajian yang tersedia disana, baik untuk kalangan bapak-bapak, ibu-ibu, maupun anak-anak. Banyak juga tokoh agama di Desa Pabangbon dan terintegrasi dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) cabang Pabangbon yang diketuai oleh Abah Abu Hasyim. 

Dibalik pandangan religius ini, masih ada hal yang sangat disayangkan yaitu masih ada beberapa masyarakat yang melakukan perjudian, dan itu sudah menjadi kebiasaan bagi mereka ketika bertemu. Setelah mereka selesai bekerja, biasanya malam harinya berkumpul untuk refreshing -setidaknya menurut mereka seperti itu- dan bermain kartu sejenis gaple. Mereka seperti itu karena perbedaan kondisi dan budaya, bagi mereka itu adalah media hiburannya karena di desa tersebut masih sangat terbatasnya sinyal dan membuat masyarakatnya jarang menggunakan handphone, berbeda dengan masyarakat kota yang lebih sering menggunakan smartphone dan internet sebagai media hiburannya. Jenis pekerjaannya pun masih relatif serabutan karena pekerjaan utamanya yaitu berkebun dan bersawah yang waktu kerjanya itu musiman saja, dan akhirnya ketika bukan musimnya tanam dan panen, mereka akan bekerja serabutan.

Banyak pendekatan yang saya dan teman-teman lakukan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di desa, seperti sosialisasi kepada masyarakat mengenai program-program yang akan kami laksanakan, bercengkrama kepada tokoh masyarakat dan ‘alim ulama setempat, mengikuti kegiatan-kegiatan masyarakat seperti pengajian dan musyawarah, bersilaturrahmi mengunjungi semua kampung yang ada di Pabangbon, dan aktivitas-aktivitas kami lainnya.

Berdasarkan rapat pra-KKN, kami sudah menyiapkan program-program besar dan menjadi program utama kami seperti Pembukaan Taman Baca, Penyuluhan Anti Narkoba, Penyuluhan dan Pemeriksaan Kesehatan, Pengobatan Gratis, Perayaan HUT RI, dan lain-lain. Juga program rutin seperti Senam Pagi, Pelatihan Silat, Bimbingan Belajar, dan lain-lain. Dari program-program yang kami paparkan selama Pembukaan KKN, kami memberi kesempatan bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya yang menjadi permasalahan masyarakat disana, dengan harapan bisa membantu kebutuhan-kebutuhan tersebut. Akhirnya banyak aspirasi yang masuk dan kami berusaha sebaik mungkin dan semampunya untuk Pabangbon tercinta ini.



Seperti judul yang saya bawakan pada bagian ketiga ini, dengan kehadiran KKN ICONIC di Pabangbon ini bertujuan untuk menginspirasi masyarakat dengan program-program yang kami bawakan. Masyarakat merasa sangat terbantu dan memberikan kesan yang baik, serta selalu mendo’akan untuk kebaikan kami. Saya pribadi merasa berterimakasih sekali atas do’a dan dukungan dari masyarakat, dan saya juga akan selalu mendo’akan yang terbaik untuk masyarakat Pabangbon. 
Luar biasanya, saya berada disini bukan hanya menginspirasi, tetapi saya juga terinspirasi. Banyak hal-hal baru yang saya temukan dan itu membuat saya terbuka hati dan pikirannya. Yang paling membekas di diri saya yaitu salah satu tokoh masyarakat disana bernama Pak Dale, beliau adalah pendiri wisata Panorama Pabangbon dan juga Ketua LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) Tunas Karya. Beliau sangat ramah kepada kami dan selalu membantu dan mendukung setiap program yang kami laksanakan. Dibalik kesuksesannya ini, beliau menceritakan usaha dan perjuangannya dalam mendirikan Wisata Panorama Pabangbon ini, yang mana beliau bukanlah seorang yang berpendidikan tinggi, hanya lulusan SD saja. Beliau bukan berasal dari orang yang mampu dan bahkan tidak memiliki gelar akademik, namun berkat ide yang terdapat pada diri beliau dan kekayaan hatinyalah yang membuat beliau diakui dan dihormati oleh semua orang serta membuat beliau bisa menjadi seperti sekarang ini.

Shodiq bersama Pak Dale sedang mengurusi bibit pohon dari KKN ICONIC
“Atuh kan saya gak kuliah gak apa, otak juga SD.. Bayangin aja om (Fadli), otak SD melawan Sarjana, kalo bisa dibilang saya itu hp jadul.. coba (saya) punya sertifikat, punya piagam, punya kelulusan sekolah yang tinggi, mungkin ogut adanya di atas (jabatannya). Makanya sayang-sayang, mumpung (kalian) lagi dimodali, mumpung orang tua memodali, yang baik gitu (kuliahnya), kerjalah untuk kepercayaan negara seperti ijazah atau lulusan-lulusan apa (yang terbaik)”. Mendengar hal itu, saya merasa ‘tersentil’ karena selama ini saya merasa belum melakukan yang terbaik dalam perkuliahan saya, dan itu membuka hati dan pikiran saya untuk memperbaiki diri saya menjadi lebih baik lagi. Sejauh ini, Pak Dale lah yang paling membuat saya terinspirasi, tanpa mengurangi tokoh-tokoh lain yang juga menginspirasi saya. Masih banyak cerita-cerita lainnya yang tak terlupakan dan akan selalu terkenang di dalam hati.

Terima Kasih, Pabangbon!

Hal yang paling penting untuk diucapkan dan diungkapkan adalah rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas semua kebaikan, kenangan, dan kisah yang telah tercatat dalam sejarah hidup saya selama berada di Desa Pabangbon ini. Terutama untuk Abah Iik Kusmana beserta keluarganya, yaitu Umi, Teh Susi, A Jajang, A Isep, Teh Elin, Tya, Imot, Aden dan juga Iren. Mereka sangat memperlakukan kami dengan baik seperti keluarga sendiri, dan kami juga memperlakukan mereka dengan baik pula. Kami diberi tempat tinggalnya yang sangat layak dan terfasilitasi dengan baik dari Abah dan Umi, karena memang kami tinggal di rumah beliau, rumah Kepala Desa. Selama kami tinggal di Pabangbon, Abah dan Umi menjadi orang tua kami menggantikan orang tua kandung kami. Kami dirawat dan dijaga dengan sangat baik dan selalu diperhatikan setiap saat. Ketika saya ingin mandi dan mencuci pakaian, pastinya akan berlomba-lomba untuk menggunakan kamar mandi karena jumlah kami yang cukup banyak. Namun Teh Susi memahami keadaan kami, akhirnya dia mempersilahkan kami untuk menggunakan kamar mandi di rumahnya, sehingga kami tidak terlalu mengantri. Dan untuk mengantisipasi saingan mandi dan nyuci lainnya, alternatif yang kami gunakan yaitu sumber air di Masjid Nurul Iman. 

Untuk ukuran seorang Lurah atau Kepala Desa, Abah Iik dan keluarganya sangat terlalu baik untuk kami, kami selalu dibawakan berbagai makanan, seperti pisang, pisang goreng, singkong, lauk pauk, dan kami pernah dibelikan seekor kambing saat Hari Raya Idul Adha. Saya merasa senang sekali karena saya yang awalnya bukan siapa-siapa dan baru kenal disaat KKN, tetapi saya dan teman-teman diperlakukan sedermawan ini oleh Abah. Masyaallah sekali. Alhamdulillah dari awal juga Abah sudah mengerti kami sebagai mahasiswa yang kondisi keuangannya terbatas, karena Abah juga memiliki cucu yang juga berstatus sebagai mahasiswi dan pernah KKN juga, yaitu Tya.

Mengajarkan cara mengambil foto menggunakan Kamera

Banyak terima kasih yang akan saya ucapkan juga kepada semua masyarakat Pabangbon yang sudah menerima saya dengan baik, dimana saya bisa bermain dengan anak-anak disana, berbagi keseruan dan kebahagiaan, seperti bermain "cilukba" bersama Indah, diisengin sama Sri, bermain dengan Asih, Mahda, Sule, Manda, dan masih banyak anak-anak lainnya yang membuat hari-hari saya menyenangkan. Di penghujung KKN, disaat saya berpamitan dengan anak-anak disana, saya merasa berat untuk meninggalkan mereka, begitupula dengan mereka yang tak mau saya pergi dan selalu memohon untuk tetap tinggal disampingnya, bahkan mereka menawarkan supaya tinggal di rumahnya, semua permintaan itu membuat saya terharu dan semakin berat untuk meninggalkannya, namun saya berjanji akan segera bertemu lagi dengan mereka dan bermain bersama lagi.

Hari terakhir di langit Pabangbon bersama Abah dan Umi
Sungkeman kepada Umi, orang tua angkat kami di Pabangbon
Foto sama Imot sebelum pulang... hehehe
Hidup di Pabangbon selama sebulan tidaklah cukup untuk saya, perlu waktu yang lebih lama lagi untuk membuat lebih banyak kenangan yang berharga, hingga seakan-akan saya menjadi satu kesatuan dengan Pabangbon.

Harapan saya untuk Pabangbon, semoga masyarakatnya selalu diberikan kesehatan dan keberkahan, dan desanya semakin makmur dan berkembang, wisatanya dapat dikenal luas oleh masyarakat Indonesia, seperti kita memandang wisata TMII Jakarta atau Kebun Raya Bogor.  Semua harapan yang baik untuk Desa Pabangbon akan selalu menjadi do’a dari saya.

Sekali lagi… Terima kasih, Pabangbon!
I Pabangbon You



Share:

2 komentar

  1. Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
    Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
    Yang Ada :
    TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
    Sekedar Nonton Bola ,
    Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
    Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
    Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
    Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
    Website Online 24Jam/Setiap Hariny

    BalasHapus
  2. Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia
    Sistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
    Memiliki 9 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
    Link Alternatif :
    arena-domino.club
    arena-domino.vip
    100% Memuaskan ^-^

    BalasHapus